Kamis, 21 Agustus 2008

Dinasti dan Muasal Teater Pembebasan di Indonesia

~dimuat di milis Ngobrolin Teater, 11 juli 2006 bersumber KR Minggu 28 Mei 2006~

Oleh : Hasta Indriyana

Salah satu anggota Teater Dinasti adalah Joko Kamto, ia drop out-an sekolahan yang bertempat tinggal di Dipowinatan, Yogya. Di daerah tersebut ada kelompok teater, ia pun bergabung. Di awal-awal ia lebih banyak mengiringi musik, misalnya menjadi peniup suling jika ada dangdutan, pentas 17-an, dsb. Akhirnya teater tersebut bernama Teater Dipo sebab bermarkas di Dipowinatan, yang berdiri sekitar tahun 1976. Pada tahun 1977 mantan-mantan anggota Bengkel Teater seperti Azwar AN, Moortri Purnomo, Gajah Abiyoso, Fajar Suharno oleh karena kangen berteater maka dibentuklah Teater Dinasti (TD) di dalamnya. Anggotanya antara lain Simon HT, Emha Ainun Najib, Eko Winardi, Agus Istiyanto, bergabung pula Indra Tranggono, Angger Jati Wijaya, Halim HD, dsb.

Salah seorang pendirinya mengatakan,

Selasa, 19 Agustus 2008

Kritik Teater: Tulisan Diskursif, Tulisan Alkemis

~dimuat di Milis ngobrolin teater,12 juli 2006~
Oleh: Benny Yohanes

Fenomena teater modern di (sejumlah kota besar) Indonesia adalah fenomena reklamasi biografi. Teater dipilih sebagai medan kreasi, lebih sebagai kebutuhan personal untuk menguruk dan memadatkan fondasi identitas. Profesionalitas bukan satu-satunya tujuan kulminatif terpenting. Teater adalah altar kultivasi, di mana pengorbanan pribadi dan kedaruratan fasilitas justru jadi 'jalan ritual' untuk pemadatan biografi pelaku-pelakunya. Jelas, ini tipe pandangan yang diromantisir, dan kesimpulan yang secara eksplisit emosional. Tapi, optimisme para pekerja teater modern di Indonesia adalah hasil dari internalisasi emosi seperti ini. Internalisasi emosi inilah yang justru melahirkan moral berkreasi yang liat, tandas, terinisiasi, meski tidak seluruhnya menghasilkan

Mengintip Sosietet TBY

~dimuat di milis ngobrolin teater pada 9 0ktober 2005~
Kadang terasa menyebalkan, saat asyik menikmati pertunjukan live seperti teater di stage, tiba-tiba lampu padam alias listrik ngadat. Kejadian ini kualami dua kali saat nonton "Jaran Sungsang" Teater Gadjah Mada sewaktu penutupan Festamasio 3 2005 serta saat menyaksikan "Karno Tanding" Teater Lilin Universitas Atmajaya Yogya saat penutupan Festival Ketoprak antar kabupaten dan kodya se Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta belum lama ini. Kebetulan keduanya adalah acara selingan dan kebetulan pula di gedung yang sama gedung pertunjukan Sosietet TBY. Dan bisa ditambah daftar "kebetulan" diatas dengan kebetulan pada saat pemadaman listrik itu bersamaan waktunya dengan gedung sebelah (Concert Hall--yang menurut kabar harga sewanya lebih mahal sekian kali lipat dari Sosietet--sedang melakukan persiapan untuk kegiatan keesokan harinya...sekali lagi baca dengan seksama

Sembilan Bulan Sepuluh Hari

~dimuat di milis ngobrolin teater pada 24 september 2005~

Hello hai semua kawan-kawan yang ada di milis Ngobrolin Teater. Hari ini tepat (dalam hitungan mundur) sembilan bulan sepuluh hari sejak pertama kali milis ini diluncurkan pada 14 Januari 2005 (sehari setelah pertunjukan monolog "Matinya Seorang Pejuang" di gedung Sosietet TBY/13 Januari 2005. Berangkat dari ngobrol santai seusai pertunjukan di lobby sosietet bersama Eko Ompong, Wendy Shanwong, serta kawan-kawan yang lain. sementara disudut lain, panitia dari KASUM, penyelenggara monologpun tengah asyik berdiskusi seputar Munir. Nampak hadir saat itu Suciwati istri almarhum yang menginap di Hotel Limaran dekat Sosietet.
Namun obrolan kami di sudut yang berbeda dengan panitia tidaklah selalu merujuk pada peristiwa Munir itu sendiri, waktu itu kami malah ngobrol seputar seni peran dan lebih melihat sosok Whani sebagai

Ambiguitas Teater Realisme di Indonesia: Teater Nasionalistis & Pseudo-Eropa

Oleh BENNY YOHANES (dimuat dimilis Ngobrolin Teater pada 18 september 2005)

LAHIRNYA realisme dalam sejarah teater Barat menandai optimisme abad ke-20. Optimisme yang memperkuat akar antroposentris dalam filsafat itu, diwujudkan dalam dunia teater dengan mendudukkan manusia-individu sebagai agen pengubah. Karya-karya Ibsen, Strinberg, dan
Chekov memperlihatkan individu dalam perangainya sebagai "pemberontak nilai-nilai" atau sebagai "iconoclast". Realisme menggunakan hipotesis dasar: bahwa masyarakat, atau kehidupan kolektif, adalah sarang kepalsuan, manipulasi, dan distorsi.

Terhadap kepalsuan, manipulasi, dan distorsi tersebut, teater harus mampu memperlihatkan detail dan emphasis-nya, tanpa perlu memperindah atau memperburuk dari keadaan yang sebenarnya. Realisme memercayai tesis bahwa progresi sejarah ditentukan oleh kekuatan internal individu, bukan oleh institusi eksternalnya. Itu sebabnya dalam teater realisme kehidupan masyarakat yang membusuk, selalu

Improvisasi

~dimuat di milis ngobrolin teater (18 September 2005)~

Latihan Improvisasi
Untuk Materi Karantina Anggota Baru
Teater Syahid Jakarta 2005
1. Latihan improvisasi dalam seni teater modern Indonesia dipopulerkan oleh WS.Rendra dalam bukunya Bermain Drama atau Seni Drama untuk Remaja yang diterbitkan Balai Pustaka. Namun demikian hal tersebut bukanlah sesuatu yang baru, khususnya dalam seni pertunjukan tradisi Indonesia yang memiliki akar kuat daya spontanitas pemain dalam penciptaan pemanggungan. Fakta itu didukung oleh kekuatan oral/lisan para pendongeng atau berbagai mitologi yang disebarluaskan turuntemurun melalui lisan dari orang-orang timur masa

Sebuah Pesta Bagi Insan Teater Kampus Tengah Bergulir

~dimuat di milis ngobrolin teater pada 8 September 2005~
Diiringi rasa penat yang sangat setelah menempuh perjalanan menyusuri aspal sepanjang Sewon hingga Condongcatur. Menjadi segar kembali saat di Sosietet sore itu, kujumpai kawan-kawan Teater yang tengah observasi panggung. Dipandu oleh Kawan Ucil dari TGM beserta beberapa
crew yang lain aku sempat ngobrol santai dengan beberapa kawan dari peserta Festamasio 3 ini.
Agak melegakan ketika insan Teater memahami kegiatan Festamasio ini adalah sebuah pesta. Layaknya suatu perhelatan massal yang melibatkan element Teater dari seluruh penjuru Indonesia. Malamnya nongol sebentar di gelanggang mahasiswa UGM buat nonton Welcome Party yang cukup meriah.

Sampai di titik ini, aku merasakan denyut kemeriahan pesta itu.