Sabtu, 16 Agustus 2008

Arifin C Noer (28 Mei 1995-2005)


Di antara delapan bersaudara, Arifin mengaku berparas paling jelek.
Anak kedua Mohammad Adnan, penjual sate keturunan kiai, ini
menggeluti kegiatan puisi dan teater sejak di SMP. Bersekolah di
Yogyakarta, ia bergabung dengan Lingkaran Drama Rendra, dan menjadi
anggota Himpunan Sastrawan Surakarta.
Sajak pertamanya, Langgar Purwodiningratan, mengenai masjid tempat ia
bertafakur. Naskahnya Lampu Neon, atau Nenek Tercinta, memenangkan
sayembara Teater Muslim, 1967. Ia kemudian bergabung dengan kelompok
teater tersebut.
Setahun kemudian, selesai kuliah di Fakultas Sosial Politik
Universitas Cokroaminoto, ia pindah ke
Jakarta. ''Dengan keyakinan
ana awan ana pangan,'' katanya. Ia lalu mendirikan Teater Kecil, dan
berhasil mementaskan cerita, dongeng, yang seperti bernyanyi. Tentang
orang-orang yang terempas, pencopet, pelacur, orang-orang kolong, dan
sebagainya. Mencuatkan protes sosial yang transendental, tetapi
kocak, dan religius.
Teaternya akrab dengan publik. Ia memasukkan unsur-unsur lenong,
stambul, boneka (marionet), wayang kulit maupun golek, dan melodi
pesisir. ''Arifin adalah pembela kaum miskin,'' komentar Penyair
Taufiq Ismail, seusai pementasan Interogasi, 1984. Ia sendiri santai
berkata, ''Saya hidup di dunia kelam, dekat dengan kejelataan, dan
musik dangdut.''
Lakon-lakonnya antara lain: Kapai-Kapai (1970), Tengul (1973),
Madekur dan Tarkeni (1974), Umang-Umang (1976), dan Sandek Pemuda
Pekerja (1979). Lakon Kapai-Kapai dimainkan orang dalam bahasa
Inggris dan Belanda di AS, Belgia, dan Australia. Pada 1984, ia
menulis lakon Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi.
Lewat film Pemberang, ia dinyatakan sebagai penulis skenario terbaik
di Festival Film Asia 1972, dan mendapat piala The Golden Harvest.
Pada tahun itu, ''Peransi, pembuat film dokumenter, memperkenalkan
film sebagai media ekspresi kepada saya,'' tuturnya. Arifin kembali
tampil sebagai penulis skenario terbaik untuk Rio Anakku, dan Melawan
Badai dalam Festival Film Indonesia 1978. Ia meraih Piala Citra.
Mengaku otodidak di bidang sinematografi, ia mulai menyentuh kamera
ketika Wim Umboh membuat film Kugapai Cintamu, 1976. ''Banyak
menyutradarai teater, ternyata, merupakan dasar yang sangat perlu
untuk film,'' ceritanya.
Penulis skenario dan sutradara, Arifin sering disebut sebagai
sutradara termahal. Masih menghuni rumah kontrakan di Jalan Rawa
Raya, Pisangan, Jakarta Timur, kendaraannya Mitsubishi Lancer
berwarna putih. ''Kasihan terhadap diri saya sendiri,''
ujarnya. ''Orang sering menuding saya orang kaya.''
Film perdananya Suci Sang Primadona (1977), melahirkan pendatang
baru: Joice Erna, yang memenangkan Piala Citra sebagai Aktris Terbaik
FFI 1978. Film ini, menurut Volker Schloendorf -- sutradara Die
Blechtrommel, pemenang Palme d'oro Festival Cannes 1979 -- dari
Jerman, ''Menampilkan sosok wajah rakyat Indonesia tanpa bedak.
Arifin cermat mengamati tempatnya berpijak.''
Menyusul film-filmnya: Petualang-Petualang, Harmonikaku, dan Yuyun,
Pasien Rumah Sakit Jiwa, juga Matahari-Matahari. Belakangan, Serangan
Fajar dinilai FFI 1982 sebagai Film Terbaik. Sedang Pengkhianatan G-
30-S/PKI, filmnya terlaris yang dijuluki superinfra box-office. Lewat
film ini lagi-lagi Arifin meraih Piala Citra sebagai Penulis Skenario
Terbaik, 1985.
Dengan Nurul Aini, istrinya pertama, Arifin dikaruniai dua anak.
Pasangan ini bercerai pada 1979, dan Arifin menikah lagi dengan
Jajang Pamontjak -- putri tunggal dubes RI pertama di Prancis dan
Filipina -- yang memberinya pula dua anak. Cita- citanya yang hingga
kini belum terlaksana, ''Menyusun hasil pemikiran dan penemuan dalam
sebuah buku,'' katanya.

Setelah melewati 1986, Arifin menggarap film Djakarta ཾ (1989).
Setahun kemudian, filmnya Taksi pada FFI 1990, terpilih sebagai film
terbaik, meraih enam piala citra.

Arifin, yang sebelumnya pernah menjalani operasi kanker di Singapura,
sejak 23 Mei 1995 dirawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta karena
penyakit kanker hati. Penyakit itulah yang merenggut jiwanya pada
Minggu, 28 Mei, pukul 06.25. Almarhum Arifin C. Noer meninggalkan
seorang istri, Jajang Pamontjak dan dua anak dari Jajang: Nita Nazira
dan Marah Laut; serta dua anak dari istri pertama: Vita Ariavita dan
Veda Amritha.


Nama :
ARIFIN CHAIRIN NOER

Lahir :
Cirebon, Jawa Barat, 10 Maret 1941

Wafat : RS Medistra, Jakarta 28 Mei 1995

Agama :
Islam

Pendidikan :
- SD Taman Siswa, Cirebon
- SMP Muhammadiyah, Cirebon
- SMA Negeri Cirebon (tidak selesai)
- SMA Jurnalistik, Solo
- Fakultas Sosial Politik Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta (1967)
- International Writing Program, Universitas Iowa, AS (1972)


Karir :
„h Manajer Personalia Yayasan Dana Bantuan Haji Indonesia
„h Wartawan Harian Pelopor Baru
„h Sutradara Teater Muslim (1962)
„h Anggota Studi Grup Drama Yogyakarta (1962)
- Pendiri dan pemimpin Teater Kecil (1968-sekarang)
- Kepala Humas Dewan Kesenian Jakarta (1969-1972)
- Penulis skenario film (1971-sekarang)
- Sutradara film (1977-sekarang). Lakon dramanya antara lain, Kapai-
Kapai (1970), Tengul (1973), Madekur dan Tarkeni (1974), Orkes Madun
(1974), Umang-Umang (1976), Sandek Pemuda Pekerja (1979). Skenario
filmnya antara lain: Pemberang (1971), Rio Anakku (Skenario Terbaik
FFI 1973), Melawan Badai (Skenario Terbaik FFI 1974), Senyum di Pagi
Bulan Desember (1974), Kugapai Cintamu (1976), Kembang-Kembang
Plastik (1977). Film garapannya antara lain: Suci sang Primadona
(1977), Harmonikaku (1979), Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa (1980),
Serangan Fajar (1981), Pengkhianatan G-30-S/PKI (1982), Matahari-
Matahari (1985)


Alamat Rumah :
Jalan H. Saidi Guru 1 B, Blok A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan


(Tim Liputan CS Hot)

Tidak ada komentar: